Senin, 17 September 2018

Asal Usul Kebudayaan Selamatan Kematian

ITU BUDAYA MAGHRIB MAROKO (Ulama penyebar Islam di tanah Jawa, Nusantara, Asia dll)

KENDURI= ZARDAH

Lintas Tradisi Kenduri dan Zardah
Ajaran Budha Siwa penuh dengan upacara keagamaan. Falsafah agama tersebut mengajarkan kehidupan damai dalam kesatuan, menerima apa yang menjadi takdir karena semuanya ditentukan oleh Yang Maha Kuasa (Sang Hyang Widiwasa). Kedamaian masyarakat mendorong terbukanya ragam budaya yang mewarnai kehidupan sehari-hari.

Pada dasarnya masyarakat Jawa lebih menekankan sikap atau etika dalam berbaur dengan seluruh komponen bangsa yang bermacam-macam suku dan bahasa, adat dan termasuk agama. Karena manusia Jawa sadar bahwa tak mungkin orang Jawa dapat hidup sendiri.

Sebelum masuknya Islam kepercayaan Wangsa Jawa masih diwarnai pemujaan kepada dewa dan leluhur sekaligus mendewakannya. Selain itu kepercayaan terhadap roh leluhur masih terwujud dalam upacara kematian dengan mengandakan kenduri 3 hari, 7 hari, 40 hari, 100 hari, 1 tahun, 2 tahun dan 1000 hari, serta masih banyak lagi yang dilakukan oleh masyarakat Jawa. Ketika Islam masuk kenduri diisi dengan bacaan Tahlil dengan membuang unsur pemujaan arwah orang yang meninggal, digantikan do’a yang diperuntukkan bagi mayit.

Misalnya tradisi kenduri di Indonesia tidak hanya akibat hasil akulturasi budaya lokal saja namun ada kecocokan dengan ajaran Ulama Maghrib dari Maroko yang dikenal dengan Syeh Maulana Maghribi. Menengok Islam di Maroko saat ini sangat kultural dan ramah terhadap budaya lokal, sebagaimana yang berkembang di Indonesia. Beda dengan negara Arab lainnya seperti Saudi yang sebagian besar tidak mengenal kenduri.

Kenduri dalam bahasa Maghrib disebut “zardah”, pada beberapa hari tertentu pasca kematian salah seorang. Mereka membaca Alquran dan memilih surat-surat khusus seperti surat Yasin, al-Ikhlas, Muawidzatain, dan beberapa kalimat tayibah tahlil. Zardah dilakukan dengan dipimpin seorang imam diikuti tamu undangan secara melingkar persis seperti kenduri di Jawa. Banyak kesamaan lainnya misalnya, ada beberapa sekelompok orang yang memperingati hari berkabung di Maroko sejak hari pertama meninggalnya hingga hari ke-7 dan 40 setelah kematiannya.

Orang Maroko mempunyai tradisi yang unik saat menyajikan makanan, baik ketika Kenduri maupun jamuan makan lainnya. Mereka menyajikan menu makanan itu sebanyak tiga kali dan bahkan bisa lebih.
Misalnya, menu pertama berupa ikan laut, kemudian disusul dengan menu kedua yaitu ayam dan ketiganya berupa daging sapi atau kambing. Bahkan, mereka kalau menyajikan daging kambing terkadang berupa kambing utuhan (kambing guling) yang hanya dipotong kepala dan kakinya saja. Jadi, masaknya seperti masak ayam panggang (ingkung).

Islam masuk ke Jawa melalui akulturasi damai karena para pendakwah Islam yang datang ke Jawa adalah para santri ulama dan pedagang bukan para prajurit perang sehingga salah satu prakteknya adalah dengan melakukan perkawinan. Selain itu juga didukung oleh sifat tenggang rasa dari orang Jawa sendiri yang mudah menerima sesuatu dari luar.
Dalam perjalanan sejarahnya agama Islam telah mengubah wajah dan kiblat orang Jawa, namun kuatnya tradisi membuat Islam mau tidak mau harus siap berakulturasi. Wujud akulturasi tersebut menjadi ajaran khas Jawa.

“Kenyataan ini telah menjadi dasar penelusuran sejarah, untuk menentukan madzab dan fiqih ulama dan waliyulloh yang masuk ke tanah Jawa, terlacak sebagaimana penyair terkenal Maroko, Abdul Wahid Ibn Asyir yang wafat pada tahun 1040 H dalam syairnya: Aqidahnya Asy’ariyah, fiqihnya imam Malik dan tarekat sufinya mengikuti Al Junaid”.

Sebelumnya saya sampaikan terlebih dahulu bahwa dengan tulisan ini saya tidak ada maksud untuk menjelek-jelekkan amaliyah dan tidak memojokkan orang ataupun organisasi tertentu. Maksud dari tulisan ini pada hakikatnya adalah untuk diri saya pribadi agar dalam menjalani ajaran Islam ini selalu berusaha sesuai yang dicontohkan Rasulullahberdasarkan ilmu agama yang sudah saya ketahui dalil-dalilnya.
Jangan saling menghakimi, jangan merasa dijelek-jelekkan, jangan merasa paling benar sendiri, silakan membaca sampai tuntas artikel ini dan renungkan dengan hati yang jernih. Boleh Anda tidak setuju dengan yang saya tulis ini akan tetapi jangan merasa dijelek-jelekkan amaliyahnya atau merasa dipojokkan karena tulisan ini tidak saya tujukan untuk orang atau organisasi tertentu, saya menulis ini berdasarkan pemahaman ilmu agama yang saya yakini kebenarannya. Kalau ada perbedaan pendapat dan perbedaan pemahaman mari kita kembalikan pada Al Qur’an dan Sunnah Rasulullah, ”lana a’maluna walakum a’malukum” (bagiku amalku bagimu amalmu).
 
Dari gambar tersebut di atas terlihat rangkaian dari janur kuning yang disebut penjor. Penjor tersebut bukan sekedar hiasan, namun dalam ajaran agama Hindu penjor tersebut ada maknanya, silakan menanyakan sendiri kepada pemilik ajarannya.
Kebanyakan umat Islam dalam menjalankan ajaran agama ini hanya berdasarkan warisan turun temurun dari apa yang dilakukan oleh nenek moyang mereka dan dari apa yang dikatakan dan dilakukan oleh kyai-kyai mereka begitu saja tanpa menanyakan atau ditunjukkan dalil-dalilnya. Seperti yang difirmankan oleh Allah SWT sebagai berikut:
Dan apabila dikatakan kepada mereka, “Ikutilah apa yang telah Diturunkan Allah,” mereka menjawab, “(Tidak!) Kami mengikuti apa yang kami dapati pada nenek moyang kami (melakukannya).” Padahal, nenek moyang mereka itu tidak mengetahui apa pun, dan tidak mendapat petunjuk. [Q.S. Al-Baqarah : 170]
Padahal sudah kita ketahui semua bahwa sebelum Islam datang di negara kita sudah ada agama-agama selain Islam. Berakar pada ajaran agama nenek moyang kita terdahulu inilah yang dipakai dasar kebanyakan umat Islam saat ini dalam menjalankan ajaran agama, misalnya acara-acara selamatan seperti acara selamatan 3 hari orang meninggal, 7 hari, 40 hari, 100 hari, 1000 hari, penggunaan kembar mayang, menginjak telur pada acara pernikahan, acara selamatan 7 bulan kehamilan, selamatan sepasaran bayi, selapanan bayi, acara selamatan pada bulan suro, acara penempatan sesaji-sesaji, acara ruwatan dan sebagainya. Segala macam bentuk selamatan itu semua bukan dari ajaram Islam.  Dicari dalilnya dalam Al Qur’an maupun dalam Sunnah Rasulullah pun tidak akan ditemukan karena itu memang bukan dari ajaran Islam. (Untuk mendapatkan informasi yang sahih, silakan mengunduh file audio ceramah mantan pendeta Hindu, ustadz Abdul Aziz, di menu DOWNLOAD pada blog ini, atau di sini: –> Abdul Aziz).
Apapun bentuk dan tujuannya, selamatan itu adalah perbuatan syirik, dosa besar yang tidak akan diampuni oleh Allah SWT karena itu perbuatan mensekutukan Allah. Dan yang lebih mencengangkan lagi, yang membuat hati kita menangis adalah bahwa sebenarnya segala macam bentuk selamatan tersebut adalah ajaran dari agama Hindu dan dalil-dalilnya tertulis dalam kitab Weda. Sungguh sangat menyedihkan ternyata kita selama ini sebagai orang Islam tapi mengamalkan ajaran dari agama Hindu. Informasi ini saya peroleh dari ceramah pengajian yang disampaikan Ustadz Abdul Aziz, yang mana Ustadz Abdul Aziz ini adalah mantan seorang pendeta Hindu dari kasta Brahmana yang sudah mendapat hidayah-Nya dengan memeluk agama Islam.
Kalau kita mengaku beragama Islam seharusnya kita tinggalkan segala amalan-amalan yang tidak kita ketahui dasar hukumnya, apalagi yang bukan berasal dari ajaran Islam itu sendiri. Kalau kita tahu itu bukan dari ajaran Islam maka harus kita tinggalkan, jangan campur adukkan antara yang haq dan yang bathil.
“Wahai orang-orang yang beriman! Masuklah ke dalam Islam secara keseluruhan, dan janganlah kamu ikuti langkah-langkah setan. Sungguh, ia musuh yang nyata bagimu”. (QS. Al-Baqarah : 208)
Mungkin Anda bisa bilang begini, kita kan orang Jawa yang hidup di tanah Jawa, kita bukan orang Arab. Okelah kalau Anda berpendapat begitu, tapi perlu diingat bahwa Islam itu diturunkan bukan hanya untuk orang Arab. Al Qur’an kitab suci umat Islam ini diturunkan oleh Allah SWT untuk seluruh umat manusia, bukan hanya untuk umat Islam di Arab saja tapi untuk seluruh umat manusia, bahkan bukan hanya untuk umat Islam saja.
Mungkin ada orang atau organisasi yang merasa amaliyahnya dijelek-jelekkan atau dipojokkan dari tulisan saya ini, tapi sekali lagi tidak ada maksud dari saya untuk menjelek-jelekkan atau memojokkan, karena baik buruk itu bukan dari pendapat seseorang walaupun dia seorang kyai sekalipun akan tetapi baik buruk itu menurut Allah SWT. Coba perhatikan hadits-hadits berikut ini:
“Barangsiapa membuat suatu perkara baru dalam agama kami ini yang tidak ada asalnya, maka perkara tersebut tertolak.” (HR. Bukhari no. 20 dan Muslim no. 1718)
“Barangsiapa melakukan suatu amalan yang bukan ajaran kami, maka amalan tersebut tertolak.” (HR. Muslim no. 1718)
Kami (para sahabat Nabi) menganggap berkumpul-kumpul ke rumah ahli mayit,  dan (keluarga si mayit) membuat makanan untuk orang-orang  sesudah dikuburnya itu termasuk meratap. [HR. Ahmad]
Coba direnungkan benar-benar dengan hati yang jernih apa yang saya sampaikan di atas. Tapi semua amalan itu kan tergantung niatnya, innamal a’malu bin niyat, seperti pada hadits berikut ini:
Dari Umar bin Khathab Ra. berkata, “Aku telah mendengar Rasulullah saw.bersabda, “Sesungguhnya segala amalan itu tergantung pada niatnya. Dan sesungguhnya bagi setiap orang apa yang ia niatkan. Maka barang siapa yang hijrahnya karena Allah dan Rasul-Nya, ia akan sampai pada Allah dan Rasul-Nya. Dan barang siapa hijrahnya menuju dunia yang akan di perolehnya atau menuju wanita yang akan dinikahinya, ia akan mendapatkan apa yang dituju.” (HR. Bukhari & Muslim)
Saya berikan contoh seperti berikut ini:
1. Kita semua tahu kalau mencuri itu perbuatan dosa dan kita tahu kalau mencari nafkah itu perbuatan baik. Dengan menggunakan dalil di atas (innamal a’malu bin niyat), apakah orang yang sudah tahu kalau mencuri itu dosa kemudian diniatkan untuk mencari nafkah menjadikan perbuatan mencurinya itu jadi perbuatan baik? Tidak kan? Mencuri tetaplah dosa walaupun diniatkan untuk mencari nafkah.
2. Contoh kedua, ada seorang WTS (maaf hanya sebagai contoh saja), dia tahu kalau perbuatannya itu adalah perbuatan zina, karena tahu kalau zina itu dilaknat oleh Allah maka dia niatkan untuk shodaqoh dengan memberi kenikmatan kepada orang lain, yang dipakai dasar innamal a’malu bin niyat.  Bagaimanakah dengan perbuatan yang dilakukan WTS tersebut? Zina tetaplah zina walaupun niatnya baik.
3. Contoh ketiga, Si Fulan sedang bepergian dan pada waktu sholat Asar tiba dia mampir di masjid. Waktu masuk masjid Si Fulan mendapati orang yang baru takbiratul ihram untuk melaksanakan sholat. Tanpa pikir panjang Si Fulan langsung bermakmum pada orang tersebut, akan tetapi baru dapat dua rakaat orang tersebut langsung salam, artinya orang tersebut melaksanakan sholat sunnah. Si Fulan pun tidak ikut salam tetapi melanjutkan rakaatnya hingga empat rakaat. Bagaimanakah dengan sholat Si Fulan tadi? Berdasarkan hadits di atas, innamal a’malu bin niyat, orang yang dijadikan imam tersebut tetap mendapatkan pahala sholat sunah, sedangkan Si Fulan yang karena tidak tahu kalau yang dijadikan imam tersebut sholat sunnah maka Si Fulan tetap mendapatkan pahala sholat wajib karena niatnya memang sholat wajib.
Berdasarkan ketiga contoh di atas coba renungkan dengan hati yang jernih untuk menerima kebenaran ajaran Islam. Bagaimana kalau selamatan-selamatan itu kita niatkan untuk shodaqoh? Jawabnya bisa Anda temukan dari hasil renungan yang Anda lakukan. Ingat, sekali lagi renungkan dengan hati yang jernih, jangan kedepankan rasa kedengkian.
Begitulah pesan yang dapat saya sampaikan, kalau ada salah dalam penyampaian ataupun ada kesalahan dari apa yang saya sampaikan itu karena kebodohan saya yang belum tahu apa-apa tentang masalah agama, dan jika ada benarnya itu semata-mata dari Allah SWT. Walau ada perbedaan pendapat dan perbedaan pemahaman namun tetap jaga kerukunan. Yang bisa kita kerjakan bersama-sama mari kita kerjakan bersama, sedangkan yang tidak bisa kita kerjakan bersama karena perbedaan pendapat dan perbedaan pemahaman tersebut mari kita kerjakan sesuai yang kita yakini dan pahami. Semoga bermanfaat bagi kita semua. Tolong artikel ini disharing biar ummat Islam dapat berpikir jernih tentang apa yang mereka amalkan selama ini karena dalam tulisan ini saya sertakan link download dari sumber yang dapat dipercaya kebenarannya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar