Rabu, 31 Januari 2018

Surat Kristus

ORANG PERCAYA: Surat Kristus yang Hidup (1)

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 29 Januari 2018

Baca:  2 Korintus 3:1-18

"Kamu adalah surat pujian kami yang tertulis dalam hati kami dan yang dikenal dan yang dapat dibaca oleh semua orang."  2 Korintus 3:2

Tidak semua orang percaya mengerti bahwa sebagai pengikut Kristus, sesungguhnya keberadaan kita di tengah-tengah dunia adalah menjadi surat-surat Kristus yang terbuka, yang bisa dibaca oleh semua orang.  Karena itu, baik perkataan maupun tingkah laku kita haruslah bisa menjadi berkat dan kesaksian yang baik bagi dunia.  Seringkali kita diingatkan dengan ayat ini:  "Barangsiapa mengatakan, bahwa ia ada di dalam Dia, ia wajib hidup sama seperti Kristus telah hidup."  (1 Yohanes 2:6).  Kalau kehidupan kita sama sekali tidak mencerminkan kehidupan seperti Kristus, maka kita bisa disebut sebagai orang-orang Kristen yang gagal total, sebab sasaran utama hidup kekristenan adalah menjadi serupa dengan Kristus.  "Dan kita semua mencerminkan kemuliaan Tuhan dengan muka yang tidak berselubung. Dan karena kemuliaan itu datangnya dari Tuhan yang adalah Roh, maka kita diubah menjadi serupa dengan gambar-Nya, dalam kemuliaan yang semakin besar."  (2 Korintus 3:18).

     Orang percaya disebut sebagai surat Kristus, artinya kehidupan kita bisa dibaca oleh semua orang.  Hidup kita sama seperti surat yang merupakan sarana komunikasi tanpa suara, tetapi bisa dimengerti dari tulisan yang ada di dalamnya.  Seandainya kita menerima surat yang berisi tentang hal-hal yang menyedihkan, maka kita yang membacanya pasti akan turut menjadi sedih.  Demikian juga sebaliknya, kalau kita membaca surat yang berisikan tentang berita bahagia, maka kita pun akan turut merasakan kebahagiaan tersebut.  Jadi, ada pengaruh bagi setiap orang yang membaca surat itu.

     Demikian pula seharusnya kehidupan setiap pengikut Kristus yaitu bisa dibaca oleh orang lain dan dapat memberikan dampak yang positif, sehingga meskipun kita belum bersuara atau memberitakan Injil, tetapi melalui perkataan dan perbuatan kita yang  'berbeda'  dari dunia, kita sedang memberitakan Injil Kristus kepada orang-orang yang ada di sekitar.  Ketika kehidupan orang percaya bisa menjadi teladan yang baik, maka tanpa disadari kita sedang memperkenalkan Kristus kepada dunia, sebelum kita memberitakan Injil kepada mereka.

"Jadi hasilkanlah buah yang sesuai dengan pertobatan."  Matius 3:8

ORANG PERCAYA: Surat Kristus yang Hidup (2)


Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 30 Januari 2018

Baca:  2 Korintus 3:1-18

"Karena telah ternyata, bahwa kamu adalah surat Kristus, yang ditulis oleh pelayanan kami, ditulis bukan dengan tinta, tetapi dengan Roh dari Allah yang hidup, bukan pada loh-loh batu, melainkan pada loh-loh daging, yaitu di dalam hati manusia."  2 Korintus 3:3

Untuk bisa menjadi surat Kristus yang hidup, dari pihak kita harus ada pertobatan yang sungguh supaya bisa memberi kesan bagi siapa pun yang membacanya.  Sebagaimana sebuah pohon dikenal lewat buahnya, pula kita akan dikenal lewat buah-buah pertobatan yang dihasilkan melalui kehidupan secara nyata.

     Rasul Paulus menyatakan bahwa  'surat'  itu  "...ditulis oleh pelayanan kami, ditulis bukan dengan tinta, tetapi dengan Roh dari Allah yang hidup, bukan pada loh-loh batu, melainkan pada loh-loh daging, yaitu di dalam hati manusia."  (ayat nas).  Mengapa Tuhan menulisnya di dalam hati?  Karena hati merupakan pancaran sumber kehidupan  (Amsal 4:23), dan  "Seperti air mencerminkan wajah, demikianlah hati manusia mencerminkan manusia itu."  (Amsal 27:19).  Perkataan atau tingkah laku kita bisa dimanipulasi, tetapi hati kita tidak bisa.  Demikian juga di dalam perbuatan orang bisa saja berpura-pura  (pakai topeng), bersikap sopan dan baik di hadapan sesamanya, tetapi hati tetap tidak bisa ditipu dan dibohongi.  Karena itulah rasul Paulus mengatakan bahwa surat itu ditulis di dalam hati.  Kalau hati sudah diubahkan atau dipulihkan, maka secara otomatis akan terefleksi pada setiap perkataan, perbuatan atau tingkah laku yang turut diubahkan.

     Manusia tidak bisa melihat apa yang ada di hati orang lain, tetapi Tuhan bisa.  Hati yang sudah mengalami pemulihan pasti akan mengeluarkan hal-hal yang berbeda dari sebelumnya.  "Kamu akan Kuberikan hati yang baru, dan roh yang baru di dalam batinmu dan Aku akan menjauhkan dari tubuhmu hati yang keras dan Kuberikan kepadamu hati yang taat."  (Yehezkiel 36:26).  Jadi yang menulis surat itu bukanlah manusia atau diri kita sendiri, melainkan Roh Tuhan.  Apa yang Roh Tuhan tulis di hati kita?  Yaitu firman-Nya atau hukum-hukum-Nya.

"Aku akan menaruh Taurat-Ku dalam batin mereka dan menuliskannya dalam hati mereka; maka Aku akan menjadi Allah mereka dan mereka akan menjadi umat-Ku."  Yeremia 31:33

Jumat, 19 Januari 2018

APA YANG ADA PADAMU


Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 20 Januari 2018

Baca:  Wahyu 2:18-29

"Tetapi apa yang ada padamu, peganglah itu sampai Aku datang."  Wahyu 2:25

Pada dasarnya manusia mudah sekali mengeluh, kurang bersyukur dan kurang menghargai apa yang ada padanya.  Kita selalu melihat kekurangan diri sendiri dan melihat kelebihan orang lain.  Kita tidak bisa menerima diri apa adanya.  Dengan nada menggerutu kita sering berkata,  "Mengapa dia memiliki banyak talenta, sedangkan aku tidak?  Mengapa mereka bisa seperti itu?  Tak mungkin Tuhan memakai hidupku."  Lalu kita pun berlaku seperti hamba yang menerima satu talenta:  "...pergi dan menggali lobang di dalam tanah lalu menyembunyikan uang tuannya."  (Matius 25:18).

     Perhatikan apa yang Tuhan katakan:  "...engkau berharga di mata-Ku dan mulia, dan Aku ini mengasihi engkau,"  (Yesaya 43:4).  Tuhan memulai karya-Nya dengan apa yang ada pada kita.  Dia tidak menginginkan apa yang tidak kita miliki, Ia menerima kita apa adanya.  Berbeda dengan Iblis, jika ingin menolong manusia, ia meminta banyak syarat dan nyawa menjadi taruhannya.  Selalu ada maksud tersembunyi di balik pemberian Iblis,  "...sebab ia adalah pendusta dan bapa segala dusta."  (Yohanes 8:44);  Ia adalah pembunuh dan pembinasa manusia.  Ketika hendak diutus Tuhan untuk memimpin bangsa Israel keluar dari Mesir, Musa merasa diri tidak mampu:  "Siapakah aku ini, maka aku yang akan menghadap Firaun dan membawa orang Israel keluar dari Mesir?"  (Keluaran 3:11).  Berbagai alasan Musa kemukakan untuk menghindarkan diri dari panggilan Tuhan.  Kemudian berfirmanlah Tuhan kepada Musa:  "'Apakah yang di tanganmu itu?' Jawab Musa: 'Tongkat.'"  (Keluaran 4:2).  Akhirnya hanya dengan tongkat gembala Musa yang sederhana, Tuhan sanggup melakukan perkara-perkara dahsyat dan membebaskan umat Israel dari perbudakan di Mesir.  Pula Elisa bertanya kepada janda nabi yang terlilit hutang:  "Beritahukanlah kepadaku apa-apa yang kaupunya di rumah."  (2 Raja-Raja 4:2).  Perempuan itu hanya punya sebuah buli-buli berisi minyak.  Dengan minyak yang sedikit itu Tuhan sanggup melakukan mujizat, sehingga semua hutangnya dapat terlunasi.

     Syukurilah dan hargailah apa yang ada pada diri kita!  Tak perlu kita merasa minder atau memaksakan diri ingin menjadi seperti orang lain.

Apa yang Tuhan taruh dan percayakan dalam hidup kita biarlah kita lakukan dengan setia;  kalau tangan Tuhan turut bekerja hasilnya pun pasti luar biasa!

Rabu, 03 Januari 2018

PLANNING VS KEHENDAK TUHAN - Yakobus 4:13-17

Menjadi orang kristen itu bisa dikatakan membingungkan.  Jika kita membuat sebuah perencanaan, bahkan perencanaan itu sudah matang dan tinggal dikerjakan, apakah semua itu sungguh-sungguh kehendak Tuhan?  Tetapi jika kita diam saja, tanpa membuat perencanaan sama sekali, apakah kita tidak memiliki hikmat untuk membuat kebaikan yang akan menolong hidup kita? Padalah, biasanya di awal tahun baru, kita selalu ingin membuat perencanaan bagi hidup kita, minimal untuk tahun yang akan segera dilewati.
Yakobus, seorang gembala sidang di gereja Yerusalem memberikan nasehat praktis bagi jemaat-nya melalui surat yang ditulisnya sebelum ia meninggal dunia sebagai martir. Pada perikop yang berjudul "Jangan melupakan Tuhan dalam perencanaan" memaparkan beberapa prinsip rohani dalam membuat perencanaan dalam hidup manusia.
  1. Jangan mengandalkan kemampuan sendiri (13-14)
    Pada ayat ini dengan jelas penulis memberikan contoh yang dapat di rangkum dalam beberapa kata : waktu (hari ini atau besok, setahun), tempat (di kota anu), tujuan (berdagang) dan hasil yang diharapkan (mendapat untung).  Dalam membuat perencanaan, faktor-faktor diatas memang sangat diperlukan, tetapi seolah-olah manusia tahu bahwa dia dapat mengusahakan sesuatu jika dia mampu melakukannya tanpa mengingat sedikit pun pada Pencipta-Nya yang memberikan hikmat kepadanya untuk memikirkan hal yang baik. Terkutuklah orang yang mengandalkan manusia dan hatinya jauh dari Tuhan, diberkati orang yang mengandalkan Tuhan. (Yeremia 17:5, 7).
    Sebagai orang percaya, kita perlu mengikutsertakan Yesus dalam membuat perencanaan bagi hidup kita, karena Dialah yang memiliki hidup ini. Yakobus menanyakan "apakah arti hidup kita? Hidup ini seperti uap yang sebentar saja kelihatan lalu lenyap (14)." Dengan kata lain Yakobus ingin mengatakan bahwa hidup ini sangat singkat, dan kita tidak tahu atau tidak bisa memprediksi kapan akhir hidup tiap-tiap orang, ini adalah rahasia Allah. Oleh sebab itu, dalam setiap perencanaan yang kita buat, jangan lupa untuk mengikutsertakan Yesus sebagai Allah kita, agar rencana yang kita buat berkenan bagi-Nya.
  2. Berserah pada kehendak Tuhan (15)
    Yakobus, dalam terjemahan lain mengajarkan bagaimana kita harus membuat perencanaan dalam hidup dengan mengatakan "Jika Tuhan menghendaki, dan jika kita masih hidup, saya akan melakukan hal ini dan itu." Kata-kata ini tidak boleh diartikan bahwa kita hanya berpangku tangan saja tanpa mengerjakan atau merencanakan sesuatu. Kata "akan" merupakan kata yang mengacu pada sesuatu yang akan datang atau dalam konteks ini perencanaan. Penekanan Yakobus disini adalah penyerahan total hidup kita pada kehendak Tuhan selama kita masih memiliki kesempatan untuk hidup. Dalam pengertian lain, kita harus mengisi hidup kita dengan sesuatu yang dikehendaki Tuhan, bukan mengikuti keinginan kita sendiri.
  3. Jangan congkak (16)
    Ketika manusia sudah berada pada puncak kesuksesannya, ia cenderung mengaggap segala sesuatu itu mudah di dapat dan mudah di kerjakan. Apalagi hidup yang bergelimang harta, lebih mudah untuk membuat perencanaan-perencanaan yang besar dan sangat menguntungkan bagi-nya. Bukan hanya dalam hal duniawi, dalam hal rohani pun manusia dapat dengan mudah membuat rencana jika ada sokongan materi yang kuat. Tetapi Yakobus mengingatkan, jangan bermegah dalam kecongkakan. Semua kemegahan yang membawa manusia menjadi sombong adalah salah.
    Membuat perencanaan yang baik memerlukan kerendahan hati di hadapan Tuhan, karena kita adalah hamba-Nya yang merencanakan segala sesuatu yang kita kerjakan di dunia ini untuk mensukseskan rencana-Nya yang kekal bagi hidup kita.
  4. Peduli (17)
    Di akhir perikop ini, Yakobus menegaskan bahwa berdosa orang yang tahu bagaimana harus berbuat baik, tetapi tidak melakukannya. Jika kita tahu sesuatu yang baik yang harus kita kerjakan, maka kita harus mengerjakannya dengan tulus dan tidak menghindarinya. Perduli dengan semua disekeliling kita, bahkan merencanakan dan melakukan segala yang baik di hadapan Tuhan dengan tulus, bukan membiarkan atau menghindarinya, karena jika demikian kita akan berdosa.
Dalam mengawalai tahun baru ini, sangat baik membuat perencanaan yang akan menolong hidup kita lebih terarah dan teratur.  Tetapi jangan melupakan prinsip-prinsip yang telah diajarkan oleh Yakobus kepada kita untuk : tidak mengandalakan kemampuan sendiri, berserah pada kehendak Tuhan, jangan congkak dan perduli pada pekerjaan baik. Tuhan Yesus memberkati.

Selasa, 02 Januari 2018

PENTINGNYA KERENDAHAN HATI DALAM DOA

 

Baca:  Yakobus 4:1-10

"Atau kamu berdoa juga, tetapi kamu tidak menerima apa-apa, karena kamu salah berdoa, sebab yang kamu minta itu hendak kamu habiskan untuk memuaskan hawa nafsumu."  Yakobus 4:3

Pernahkah doa Saudara tidak dijawab oleh Tuhan?  Sebagian besar dari kita pasti akan menjawab,  "Wah, sudah tak terhitung banyaknya doa saya tidak dijawab oleh Tuhan."  Dan ujung dari semua itu adalah kita menjadi kecewa dan kemudian menyalahkan Tuhan.  Namun jarang sekali kita mau mengevaluasi diri mengapa doa kita sampai tidak dijawab oleh Tuhan, tidak pernah mengintrospeksi diri kita mengapa doa kita itu tidak dijawabNya.

     Ternyata sikap seseorang dalam berdoa juga sangat menentukan apakah doanya akan dijawab atau tidak oleh Tuhan.  Bila kita memiliki sikap hati yang benar dalam berdoa, apa saja yang kita minta dari Tuhan dalam nama Yesus Kristus, kita pasti akan menerimanya.  Kita harus ingat bahwa berdoa itu bukan hanya mengucapkan perkataan-perkataan yang teratur di hadapan Tuhan, melainkan suatu pernyataan dari tubuh, jiwa dan roh kita kepada Tuhan.  Hal ini berkenaan dengan hati kita.  Kita harus menyadari bahwa sesungguhnya Tuhan memandang hati kita,  "Bukan yang dilihat manusia yang dilihat Allah;  manusia melihat apa yang ada di depan mata, tetapi Tuhan melihat hati."  (1 Samuel 16:7b), sebab suatu doa yang keluar dari dasar hati yang benar, walau diucapkan hanya dengan sederhana atau hanya melalui linangan air mata, akan sampai ke telinga Tuhan dan Dia pasti bertindak.

     Ada tertulis:  "Berbahagialah orang yang lemah lembut, karena mereka akan memiliki bumi."  (Matius 5:5).  Kata lemah lembut ini berbicara tentang kerendahan hati.  Kerendahan hati dapat diartikan sebagai kemurnian atau kelemahlembutan.  Dalam bahasa Yunani kerendahan hati dituliskan dengan kata  'praios'  yang berarti juga lemah lembut, bisa diartikan seseorang yang memiliki penyerahan atau ketergantungan total kepada Tuhan.  Rasul Paulus juga menulis bahwa kerendahan hati atau kelemahlembutan adalah salah satu dari buah Roh.  Mengapa kita harus memiliki kerendahan hati?  Firman Tuhan menegaskan,  "Tinggi hati mendahului kehancuran, tetapi kerendahan hati mendahului kehormatan."  (Amsal 18:12).

Kerendahan hati adalah syarat yang mutlak yang Tuhan tetapkan untuk setiap orang yang rindu doa-doanya beroleh jawaban, sebab pintu hati Tuhan terbuka bagi orang-orang yang memiliki kerendahan hati.